Bandar Harapan Desa dengan Sejuta
Makna
Bandar
Harapan, tidak tahu berapa banyak kata, kalimat, paragraf, halaman, bahkan buku
untuk mendeskripsikan nama tersebut. Itu adalah nama desa, lebih tepatnya
disebut dusun, tempat tinggalku, tempat aku dilahirkan, tempat aku menimba
ilmu, merangkai persaudaran, merajut persahabatan, belajar menghargai apa yang
ada dan tempat aku kembali kelak ketika aku telah sukses. Desa dengan sejuta
makna dalam segala bidang. Keinginan untuk membangun tempat ini sangatlah
besar, namun keterbatasan dana dan ilmu, relasi serta keberanian yang
menghentikan atau lebih tepatnya menghilangkan harapanku untuk membangun tempat
ini. Tetapi sungguh aku sangat berharap dusun ini nantinya dapat menjadi dusun
yang maju dipandang, dikenal, dan dihargai di masyarakat luas.
Bandar
Harapan, desa atau dusun yang memiliki banyak kekayaan melimpah. Sudah tentu
karena Bandar harapan merupakan bagian dari Indonesia, negara kita tercinta.
Walaupun hanya titik kecil di peta jika dibandingkan dengan daerah lain, namun
disini merupakan daerah pertanian yang sangat menjanjikan, baik untuk tanaman
sayuran, pangan, maupun perkebunan. Tanah yang subur, udara yang masih asri,
serta lahan yang cukup luas dapat menjadi penunjang untuk berkembangnya
pertanian. Para penduduknya rata-rata menanam singkong, padi, jagung, kacang
panjang, dan jenis sayuran lainnya. Sedangkan untuk perkebunan para petani
menanam karet, kelapa sawit, kakao, dan kelapa. Namun banyaknya tanaman hutan
lainnya seperti sengon, jati, jabon, dan lain-lain juga melengkapi kekayaan alam
yang ada di dusun ini. Namun untuk tanaman yang paling banyak ditanam di daerah
ini yaitu singkong. Alasannya selain karena mudah tumbuh, iklimnya cocok serta
tanaman ini mudah dijual ditunjang dengan pabrik singkong yang letaknya tidak
jauh, sehingga lebih mudah dalam pendistribusian dan penjualan hasil panen
singkong mereka.
Tanaman
singkong ini merupakan tanaman musiman. Oleh karena itu, masyarakat
mengantisipasi dengan menanam tanaman tahunan seperti karet, kako, dan kelapa
sawit. tanaman karet misalnya, walaupun lahan yang mereka miliki tidak cukup
luas namun hasil panen getah karet para petani cukup untuk kehidupan
sehari-hari dan juga untuk biaya sekolah anak-anak mereka. Beberapa orang juga
ada yang menanam kelapa sawit, namun dampaknya bagi daerah sekitar kebun yaitu
adalah kekeringan karena sawit merupakan tanaman yang rakus air. Sedangkan
untuk kakao, tanaman ini sering dijadikan tanaman pekarangan. Buah kakao yang
sudah matang biasanya diambil oleh anak-anak kecil untuk dimakan daging
buahnya, kemudian bijinya dikumpulkan untuk kemudian di jual ke pasar.
Berbicara
soal pasar, pasar dari desa ini cukup jauh harus menggunakan beberapa kendaraan
untuk sampai disana. Para penduduk desa ini biasanya berbelanja ke pasar bandar
jaya, yang bisa dikatakan salah satu derah yang cukup maju di Lampung Tengah.
Sulitnya akses keluar daerah ini menyebabkan sebagian penduduk lebih senang
berada di dalam rumah, menunggu tukang sayur lewat, atau membeli di warung
daripada harus keluar untuk ke pasar.
Ketika
musim hujan tiba, perbatasan bandar harapan dengan desa sekitarnya adalah
sungai. Sehingga ketika hujan mengguyur desa ini, sungai meluap, jembatan
terendam banjir sehingga masyarakat sulit keluar dari tempat ini. Jangankan
untuk berangkat ke pasar pergi kerja ataupun sekolahpun sulit. Perjalanan
keluar daerah harus menaiki perahu, ditambah dengan jalanan yang rusak dan
becek, jalan yang belum di aspal. Jangankan berharap di aspal, berharap dikirim
batu pun tidak mungkin terealisasi sepertinya.
Masalah
akses jalan sepertinya perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Tidak
akan merugilah pemda maupun pusat memberikan sedikit kucuran dana bagi
pembangunan jalan dan jembatan yang lebih baik di desa ini. Desa ini tidak
seluas jakarta, masih bisa dijangkau dengan berjalan kaki untuk mengelilingi
desa ini. Sepertinya untuk membangun jalan yang tidak terlalu luas ini, tidak
akan ada ruginya karena pada akhirnya untuk kesejahtraan masyarakat juga.
Masalah
lain yang perlu mendapat perhatian yaitu masalah pendidikan. Tidak adanya
sekolah di desa ini menyebabkan para remaja dan anak-anak harus bersekolah
keluar desa dengan jarak tempuh yang cukup jauh. Dahulu sewaktu saya kecil,
sekitar 15 tahun yang lalu di desa ini masih terdapat sekolah swasta dari TK
hingga SMP. Sekolah yang pernah berdiri disini bernaung dibawah Yayasan
Pendidikan Pancasila (YPP). Namun ketika saya duduk di bangku SMP, berubah nama
menjadi Proklamasi 45. Setelah 3 tahun setelah saya lulus SMP, sekolah ini
dibubarkan oleh pemiliknya yang sebabnya tidak dipublikasikan. Dengan bubarnya
sekolah ini banyak siswa terlantar dan guru yang kehilangan pekerjaannya,
termasuk ibu saya yang saat itu mengajar sebagai guru SD.
Sungguh
disayangkan, di nonaktifkannya sekolah di desa ini karena pada dasarnya nama sekolah
ini sudak cukup dikenal di Lampung Tengah. Sekolah di desa ini melahirkan para
generasi pintar dan berbakat yang sukses di masa depannya. Ada yang menjadi
dokter, guru, polisi, pengusaha, hingga petani sukses. Dalam hal kecerdasan
anak-anak di desa ini dapat diacungi jempol.
Namun
para generasi sukses ini tidak semuanya kembali untuk membangun desanya,
sebagian dari mereka pergi membangun daerah lain. Sehingga daerah ini makin
terbelakang dan penduduknya makin berkurang. Satu persatu dari mereka pergi
meninggalkan desa ini mengadu nasib di kota lain. Ada yang pulang dengan tangan
hampa, ada yang tidak pulang karena sudah sukses dan hanya sedikit yang pulang
untuk membangun desanya.
Masalah
sarana dan prasarana seperti lapangan, masjid, tempat pemakaman, dan puskesmas
yang kurang memadai. Bahkan dokter dan bidan pun tidak ada di desa ini. Mereka
yang sakit dan ingin berobat pun harus ke desa tetangga. Warung internet pun tidak
ada di desa ini. Sehingga pengetahuan dan informasi masyarakat di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi pun sangat minim. Sarana dan prasarana ini perlu
mendapat renovasi. Menurut saya jika ini di renovasi akan lebih baik sehingga
masyarakatpun betah dan tidak akan meninggalkan tempat ini, sehingga tempat ini
pun akan selalu menjadi tempat yang dirindukan bagi para masyarakatnya. I wish
it.
Masyarakat
di desa ini rata-rata merupakan transmigrasi dari daerah Jawa Barat sekitar
tahun 1980-an. Sehingga rata-rata penduduk di desa ini fasih berbahasa sunda,
baik percakapan sehari-hari di rumah maupun antar tetangga. Hanya sedikit
masyarakat yang bersuku selain sunda seperti jawa, padang, lampung. Itu pun
mereka yang menikah dengan penduduk pribumi desa ini. Namun karena yang tinggal
di desa ini kebanyakan adalah usia menengah ke atas maka pemikiran-pemikiran
masyarakatnya masih cenderung kolot. Ketatnya peraturan bagi para gadis untuk
tidak keluar pada malam hari cukup bermanfaat dalam menjaga keselamatan
masyarakat.
Keamanan
yang kurang di desa ini menyebabkan daerah ini menjadi rawan perampok, maling,
maupun tindak kejahatan lainnya. Tidak dapat dihitung dengan jari lagi para
penduduk yang kehilangan barang berharga miliknya karena dirampok, baik itu
motor, handphone, uang bahkan keselamatan diri mereka pun harus dipertaruhkan.
Para perampok yang berasal dari luar desa tidak segan-segan menghabisi
korbannya jika melawan.
Perlunya
ada petugas keamanan seperti hansip sangatlah penting di desa ini agar
keamanan, keselamatan, dan kenyamanan juga terjaga. Pengaktifan kembali
siskamling sebaiknya segera di lakukan menginga sudah beberapa tahun ini
siskamling vakum. Ini merupakan PR bagi masyarakat pada umumnya dan para
petinggi desa khususnya unuk segera mengambil kebijakan baru bagi keamanan dan
kesejahraan masyarakat.
Saya
sangat ingin sekali membangun desa ini kembali, membuat desa ini menjadi cahaya
di Indonesia. Membangun sarana yang belum ada dan memperbaiki sarana yang telah
ada. Di mulai dari hal kecil saya akan membuat desa ini menjadi sesuau yang
besar. Saya akan berusaha mencari modal untuk membangun desa. Langkah awal yang
elah saya lakukan keika elah lulus sarjana ini yaiu dengan membuka les grais
bagi anak-anak di desa ini. Selanjutnya saya mulai mengumpulkan buku-buku unuk
membangun perpustakaan agar anak-anak, remaja, dan orang tua mendapatkan banyak
ilmu dari membaca. Karena membaca membuka jendela dunia untuk menggali
informasi.