VIGOR
DAN VIABILITAS BENIH
I.
VIGOR
BENIH
Vigor adalah
sejumlah sifat-sifat benih yang mengindikasikan pertumbuhan dan perkembangan
kecambah yang cepat dan seragam pada cakupan kondisi lapang yang luas. Vigor
benih meliputi aspek-aspek fisiologis selama proses perkecambahan dan
perkembangan kecambah. Vigor benih bukan merupakan pengukuran sifat tunggal,
tetapi merupakan sejumlah sifat yang menggambarkan beberapa karakteristik yang
berhubungan dengan penampilan suatu lot benih yang antara lain :
1. Kecepatan
dan keserempakan daya berkecambah dan pertumbuhan kecambah.
2. Kemampuan
munculnya titik tumbuh kecambah pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan.
3. Kemampuan
benih untuk berkecambah setelah mengalami penyimpanan.
Secara ideal semua
benih harus memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi, sehingga bila ditanam pada
kondisi lapangan yang beraneka ragam akan tetap tumbuh sehat dan kuat serta
berproduksi tinggi dengan kualitas yang baik. Vigor tumbuh dapat dikatakan
sebagai “kekuatan tumbuh” untuk menjadi tanaman yang normal meskipun keadaan
biofisik lapangan kurang menguntungkan (suboptimal).
Vigor dapat
dibedakan atas:
1)
Vigor benih
2)
Vigor kecambah
3)
Vigor bibit
4)
Vigor tanaman
Pada hakekatnya
vigor benih harus relevan dengan tingkat produksi, artinya dari benih bervigor
tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan:
1. Tahan disimpan lama
2. Tahan terhadap serangan hama dan
penyakit
3. Cepat dan pertumbuhannya merata
4. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi
baik dalam lingkungan tumbuh yang sub optimal
Rendahnya vigor dapat
disebabkan:
1)
Genetis
Ada kultivar-kultivar tertentu yang
lebih peka terhadap keadaan lignkungannya yang kurang menguntungkan, ataupun
tidak mampu untuk tumbuh cepat dibandingkan dengan kultivar lainnya.
2)
Fisiologis
Kondisi fisiologis yang berpengaruh
adalah immaturity atau kekurang
masakan benih saat panen dan kemunduran benih selama penyimpanan
3)
Morfologis
Contohnya, benih yang kecil
menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh dibandingkan dengan
benih yang besar
4)
Sitologis
Kemunduran benih yang disebabkan oleh antara lain aberasi khromosom
5)
Mekanis
Kerusakan mekanis yang terjadi pada
benih pada saat panen, prosesing ataupun penyimpanan
6)
Mikrobia
Benih yang memiliki vigor rendah berakibat:
a).
Kemunduran benih yang cepat selama
penyimpanan
b).
Makin sempitnya keadaan lingkungan di
mana benih dapat tumbuh
c).
Kecepatan berkecambah benih menurun
d).
Kepekaan akan serangan hama penyakit
meningkat
e) .
Meningkatnya jumlah kecambah abnormal
f). Rendahnya produksi tanaman
Pengamatan dan
penilaian dalam mengidentifikasi vigor benih dapat dilakukan secara langsung
maupun tidak langsung didasarkan pada potensi penampilan suatu lot benih baik
secara fisiologis maupun fisik. Secara langsung adalah pengamatan dan penilaian
benih pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai atau kondisi lain yang dapat
diciptakan di laboratorium dan dilakukan pencatatan terhadap tingkat daya
tumbuh benih. Secara tidak langsung adalah pengamatan dan penilaian dengan mengukur
sifat lain benih yang terbukti berhubungan dengan beberapa aspek penampilan
kecambah.
II.
VIABILITAS
BENIH
Viabilitas
benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala
metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga
merupakan tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pada
umumnya viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi
kecambah. Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih,
persentase kecambah benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai
hubungan erat dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari
sekumpulan benih merupakan indeks dari viabilitas benih.
Viabilitas
ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai perkecambahan
maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya berat kering
maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas maksimum (100 persen)
yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan lingkungan
(Kamil, 1979).
Umumnya
parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah presentase
perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal ini
mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan.
Penilaiaan dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya
sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002).
Benih yang tidak berkecambah adalah
benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan
menjadi:
a.
Benih segar tidak tumbuh: Benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah
namuntetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah
normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak
mengembang. Namun tidak adapemunculan struktur penting dari perkecambahan benih
dan jika waktu penyemaiandiperpanjang benih akan tumbuh normal.
b. Benih keras: Benih yang tetap
keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air
terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkandengan
benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan
karenakulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air.
c.
Benih mati adalah benih yang sampai pada akhir
masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih
mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warnabenih terlihat
agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang
benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yangmenajdi
induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut
berpotensimembawa penyakit dari induknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar